Dulu.
Sewaktu gue masih SD, terutama di saat gue baru aja pindah ke SD 2 Tanjung.
Kehidupan gue seakan berada di puncak gunung. tapi pernah juga gue tergelincir.
Dan gak bisa naik ke puncak lagi.Tamat.
Di SD
yang gue sekolahi dulu. Terbagi menjadi beberapa kubu. Ada kubu Gahool, ada
kubu Netral, dan ada juga kubu Pecundang. nama-nama kubu itu cuman sekedar
ibarat, yang gue bikin sendiri. Padahal gue maunya sih bikin nama-nama kubu
menjadi : Kubu cihuahua, kubu Bulldog, kubu pitbull ,dll. Tapi ntar takutnya malah dikira SD buat
anjing yang gue sekolahi.
Tingkatan
yang paling tinggi tentunya adalah kubu gahool, yang isinya sekumpulan
anak-anak keren,kece,tajir,brutal, dan tentunya,..”Gahool”.
Kalo kubu Netral, di dominasi dengan anak-anak yang tidak brutal dan tidak juga seperti pecundang, mereka biasanya adalah sekumpulan anak-anak yang pintaryang suka
makan tulang.
Sedangkan kubu Pecundang… malah mirip kayak anak tiri dari anjing berkepala 3. Tiap hari kadang di marahi oleh kubu Gahool, kadang di palakin. Yang bikin gue bingung, kenapa malah kubu Gahool yang malakin kubu Pecundang? Padahal jelas-jelas mereka dari kubu Gahool yang lebih kaya dan lebih tajir. Oh ini kah yang namanya Dunia per-SD-an?
Kalo kubu Netral, di dominasi dengan anak-anak yang tidak brutal dan tidak juga seperti pecundang, mereka biasanya adalah sekumpulan anak-anak yang pintar
Sedangkan kubu Pecundang… malah mirip kayak anak tiri dari anjing berkepala 3. Tiap hari kadang di marahi oleh kubu Gahool, kadang di palakin. Yang bikin gue bingung, kenapa malah kubu Gahool yang malakin kubu Pecundang? Padahal jelas-jelas mereka dari kubu Gahool yang lebih kaya dan lebih tajir. Oh ini kah yang namanya Dunia per-SD-an?
Melihat
hal itu. Jiwa kepahlawanan gue mulai muncul. Padahal dari tampang muka gue
malah mirip penjahat.
Kalo
ada yang bertanya-tanya “Gue masuk kubu yang mana?” gue akan menjawab kalo
gue,…masuk,… kubu,…..PECUNDANG.
Enggak,.
Kalian engga salah baca. Coba aja kalian tetesi mata kalian pake lem alteco,
kalo ada perubahan bearti mata kalian normal. Oh ya. Untuk melakukan pembuktian
nya harus di temani yang sudah ahli.
Gue
waktu SD emang mutusin buat masuk kubu Pecundang. Memang sulit di percaya sihh,
tapi itulah faktanya. Hemm, sebenarnya hal ini gue pilih karena, gue kasihan
melihat kubu Pecundang yang terus di Zholimi kubu Gahool. Dengan masuknya gue
ke kubu Pecundang, gue berharap bisa membuat derajad kubu Pencundang. SAMA.
dengan kubu-kubu yang lain.
Mungkin
gue emang di takdirkan Tuhan untuk menyelamatkan nasib para pecundang di SD
ini. Dan di masa depan, mungkin orang-orang sukses yang dulunya pecundang di SD
2 Tanjung, akan membuatkan monument pahlawan, dengan patung besar yang
bertampang gue lagi boker. Untuk mengenang jasa gue. Yang gue gak mau. Kenapa
harus patung bertampang gue lagi Boker??!
Pilihan
untuk gabung ke kubu Pecundang telah gue yakini sepenuh jiwa dan raga. Padahal
kalo gue mau gabung di kubu Gahool ataupun Netral, itu gampang-gampang aja.
Dengan wajah yang seperti Bule blasteran Arab(waktu SD), dan kepintaran gue
ini#cieelahh#, gue akan di terima sangat baik oleh ketua masing-masing kubu.
(Bego ya gue?).
“Dil,..
hemm, elo masuk kubu Pecundang yakh??celitain ke gue!” gue duduk di sebelah Fadil sambil bicara sok keren.
“hehehe,
iya.” Dia malah cengengesan. Tampaknya bangga masuk kubu Pecundang. Bangga?
#mulai
dari sini dan seterusnya, gue akan menghipnotis kalian ,agar, jika melihat
dialog antara gue dan Fadil, seakan mereka bisa berbicara huruf R.#”SIMSALABIM
JADI APA PRAK-PRAK-PRAK!!!#
“Elo
tau, kubu pecundang anggotanya siapa aja??”
“anggota??
Perasaan kubu pecundang gak punya kelompok ataupun grup gitu deh?? Nama “kubu
Pecundang”, cuman seperti gelar aja,..” Fadil menjelaskan, air liurnya
terlempar kemana-mana. Termasuk ke muka gue. Tampaknya kalo sudah sampai rumah,
gue harus cepet-cepet cuci muka pake pasir 7 kali deh. Tapi gue baru inget. Di
sekitar rumah gue gak ada pasir!! Terus gue harus cuci muka pake
apaan???!!!#PLAKKKK!!!#
“hemmm,
kalo gitu,. Kita bikin geng aja?!” gue menampakan wajah ala detektif. Atau
lebih mirip Teroris yang lagi berdiskusi, rencana meledakan Monas.
“hahhh??geng???” Fadil sedikit terkejud. Mungkin kata geng itu didengarnya seperti “pemakaman”. “apa
bisa??“”ehh, tunggu. Elo emangnya masuk kubu mana??” dia mulai mengintrogasi gue. Tapi wajahnya
masih mirip kayak sapi liar terperosok di got..
“tentu
bisaa!!! Ehemm, gue sama kaya loe,. Gue gabung di kubu Pecundang..”
Hening.
“hahhh??
Kenapaaa???!!! Padahal dengan tampang yang loe miliki, elo bisa dengan
gampangnya masuk ke kubu Gahool. Kenapa loe milih kubu pecundang?? bego loe….”
“iyaa,
gue emang bego yakh..#bangga# .alasannya sih simple aja.,. gue mau menjadikan
kubu-kubu di SD kita ini sama. Gak ada yang lebih tinggi ataupun rendah..” muka
gue pasti lagi bercahaya. Karena kemakan bola lampu. paling.
Fadil
terdiam, nampaknya ia sudah mengerti. Atau-atau dia gak ngerti sama sekali apa
yang barusan gue omongin. Sudah gue duga, seharusnya gue ngomong sama dia harus
pake bahasa hewan. Tapi pikiran itu gue tinggalin. Gue percaya kalo Fadil sudah
paham dengan omongan gue barusan.
Dan Sekarang
yang dibutuhkan adalah anggota. Lucu aja misalnya gak ada pecundang yang mau
gabung, karena gue bersikeras, akhirnya cuman gue dan Fadil yang termasuk dalam
geng ini. Dan malah lebih kelihatan seperti sepasang pecundang homo lagi ngupil
di tengah lapangan sekolah.
Tapi
dugaan gue kayaknya sih salah.
“oii,.
Gue denger-denger,. Kalian mau membentuk sebuah geng ya???” seorang anak
laki-laki mendekati kita. Gue dan Fadil gak tau namanya. Tapi yang gue
perhatiin dai tadi itu, adalah bibir anak ini. Kok mirip ombak tsunami yang
melanda aceh 2004 lalu ya?
“gak
usah heran begitu.. gue Teri(nama di samarkan), anak kelas 5A, kalian pasti gak kenal gue..”
“mmm,
terus?” gue nanya.
“gue
denger loe mau bikin geng?? Gue juga salah satu dari kalian, gue juga di kubu
Pecundang,..”
“mmmm,
terus?” gue membiarkan dia ngoceh terus
“gue
mau gabung sama geng loe!!!”
“iyaa,
terus???”
“BOLEHHH
ENGGAKKKK!!!!?????” ternyata cuman segini aja batas kesabaran makhluk ini. Jauh
di luar perkiraan gue.
“Oke.
Loe di terima,..!!”.
“hemmm,
bearti sekarang sudah resmi geng kita!!” Fadil menambahkan, lagi-lagi dengan
air liur yang becucuran. Kali ini mengenai mata gue. OH TIDAK!! MATA GUE
IRITASI!!!!.
“oh
ya..! kalo elo ketemu pecundang-pecundang di SD ini,…. Ajak mereka gabung!!”
“siap
kapten!!!” dia lalu meninggalkan kelas. Di panggil “kapten”, gue merasa seperti
sedang menjadi kapen bajak laut. #terobsesi animasi one piece#
1 tahun
geng ini di bentuk, nampaknya sudah ada perubahan. Mereka para Pecundang, sudah
jarang diperas oleh para Gahool. Kini anggota geng kami sudah ber 7, ditambah
gue jadi 8. Banyakh bangettz khaan??!!#ala tante-tante girang#
Di
tengah-tengah perjalanan. geng kami ini, kami mendapat sebuah musibah. Yang
membuat geng para pecundang ini turun harga dirinya.
Yaitu,…
Sebuah
nama geng,….
Dan.,..
Nama…
Geng,….
Itu,…
Adalah,………
“DEVIL
BREADBOARD”
Gue
jadi terdiam nulis kalimat itu.
Sungguh
nama yang bagus kan teman-teman?
Dan
kalian tahu siapa yang membuat nama itu???
Bukann,
bukan Gue yang ngebuat. Bukan juga si Fadil.
Yang
ngebuat ialah Teri,.. si bibir tsunami.
Yang
membuat gue jengkel. Setelah ia memberikan nama. Ia malah keluar dari geng, dan
gabung dengan Kubu Netral. Seandainya di kota ini terdapat dukun atau
Paranormal. Gue dan Fadil pasti akan menyantetnya 1 hari setelah ia memutuskan
keluar dari geng. Tapi niat itu gue tahan. Soalnya di daerah gue sekarang, gak
ada dukun.
Setelah
kejadian pemberian nama yang sangat indah itu. Geng kami pun diinjak-injak.
Akhirnya 1 demi 1 anggota geng memutuskan untuk keluar, mereka yang keluar,
berusaha belajar mati-matian demi masuk ke dalam kubu Netral. Hingga geng kami
hanya menyisakan 3 orang. Adalah gue, Fadil, dan Ariandi. Kami bertiga berusaha
menghapuskan nama geng itu. Tapi tetep aja, waktu ada kubu Gahool lewat. Pasti
bilang. “oii, Devilbreadboard, kok kaki loe ada 4?”
Sunggu
tragis memang.
Tapi,
sebenarnya misi gue berhasil. Walaupun gue belum menyamakan derajad para pecundang
dengan kubu Netral maupun kubu Gahool. Tapi gue telah berhasil, membuat para
pecundang (selain Gue,Fadil,Ariandi) termotivasi untuk belajar agar masuk ke
kubu Netral. Dan sekaranglah giliran Gue, Afdil, Ariandi si penggembala sapi,
yang berjuang agar tidak menjadi pecundang lagi.
Yang gue terkejut saat ini. Ternyata si penghianat Teri, tahun lalu di saat gue masih naik kelas 2 SMA. Ia sudah lulus. Dan
melanjutkan kuliah.
“Gaaaaa!!!!! Wahh sudah lama kita gak ketemu ya?!” Teri
menyapa gue dengan cara teriak-teriak. Padahal gue lagi di mesjid. Jum’atan.
“…….”
Gue pura-pura gak denger. Pura-pura Dzikir.
“Gaa!!!
Ini Gue,.. Teriii..!!” dia malah duduk di sebelah gue. Gawat!!
Wahhh,
kalo gue masih tetap di dalam sini. Pasti akan buat kericuhan, dan
ujung-ujungnya pasti di husir. Dan dibakar hidup-hidup oleh masa. Dari pada gue
di husir dan di bunuh secara tak hormat. Gue pilih keluar aja. Dia juga ikut.
Di
luar. “iyyaaa,. Gue inget,. Apalagi soal bibir loe yang mirip tsunami itu,.hahaha”.
mungkin itu kalimat menjawab sapaan yang bagus.
“hemm,
elo masuk SMA mana ga???” mengalihkan pembicaraan.
“gue
masuk di SMA 1, elo??”
“gue di
SMA 2 aja,..”
“wahhh,
bearti hebatan gue dong?! Ahahaha” gue sombong duluan.
“emangnya
elo kelas berapa??” dia mulai senyum, melihat kesombongan gue.
“1,.
Sebentar lagi kelas 2”
“yeeeee,.
Hebatan gue dong bearti,. Gue sudah lulus,. Dan akan kuliah sebentar lagi,.!hahahaha!!”.
sekarang dia yang malah sombong.
Saat
dia tertawa girang (kayak orang kesurupan), langsung gue tinggalin, dan masuk
kembali ke dalam mesjid. Dari pada ntar gue di keroyok masa, karena di anggap
bawa kuda liar ke lingkungan mesjid.
Emmm, mendengar
hal itu, gue jadi senyum-senyum sendiri, saat ngedengerin khotbah sholat jumat.
Yahh, Berkat jasa gue, Teri akhirnya lulus SMA. Padahal dulu waktu SD ia hanya seorang
pecundang yang punya bibir tsunami, tapi sekarang dia sudah seperti tsunami
yang sangat cepat meninggalkan kami.
Gue si
Otak Kecil,
Terimakasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar